Dualisme dalam sebuah organisasi olahraga membawa dampak serius, terutama pada penurunan prestasi atlet. Atlet yang seharusnya bisa fokus sepenuhnya pada latihan justru tertekan oleh ketidakpastian nasib mereka. Minimnya event atau fasilitas akibat konflik internal organisasi membuat semangat dan progress mereka terhambat secara signifikan.
Ketika sebuah federasi atau asosiasi olahraga dilanda dualisme kepemimpinan, atlet menjadi korban utama. Mereka merasakan dampak langsung dari ketidakjelasan. Rasa cemas mengenai kelanjutan karier dan kesempatan berkompetisi akan memicu penurunan prestasi karena fokus mereka terpecah.
Ketiadaan event kompetisi yang memadai, atau bahkan pembatalan event penting, adalah pukulan telak bagi atlet. Kompetisi adalah ajang pembuktian hasil latihan dan tolok ukur perkembangan. Tanpa event, motivasi atlet bisa menurun drastis, menyebabkan penurunan prestasi yang stagnan.
Fasilitas latihan yang terbatas atau tidak terawat juga menjadi pemicu penurunan prestasi. Dana yang terblokir akibat dualisme seringkali menghambat perawatan atau peningkatan fasilitas. Atlet terpaksa berlatih dengan sarana seadanya, yang tentu tidak optimal untuk mencapai performa puncak.
Pelatih pun merasakan dampaknya. Mereka kesulitan menyusun program latihan jangka panjang karena tidak ada kepastian dana atau jadwal. Ini memengaruhi kualitas bimbingan, yang pada akhirnya berkontribusi pada atlet di bawah bimbingan mereka.
Beberapa atlet bahkan mungkin memilih untuk mundur atau beralih ke cabang olahraga lain jika situasi dualisme terus berlarut. Mereka kehilangan keyakinan akan masa depan di bawah organisasi yang tidak stabil. Ini adalah kerugian besar bagi potensi olahraga nasional.
Penurunan prestasi atlet bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah bangsa. Jika atlet-atlet terbaik kita tidak mendapatkan dukungan dan kesempatan yang layak, maka daya saing Indonesia di kancah internasional akan melemah secara signifikan. Ini adalah urgensi yang harus segera diatasi.
Singkatnya, penurunan prestasi atlet adalah konsekuensi langsung dari dualisme organisasi. Atlet tertekan oleh ketidakpastian nasib, minimnya event, dan fasilitas yang buruk akibat konflik. Mengatasi dualisme adalah langkah krusial untuk melindungi dan meningkatkan potensi olahraga di indonesia saat ini